Uli Lima artinya persekutuan lima bersaudara yang dipimpin oleh Ternate yang terdiri dari Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Sementara itu, Uli Siwa artinya persekutuan sembilan bersaudara yang terdiri dari Tidore, Jailalo, Halmahera, sampai di daerah Papua. Antara persekutuan Uli Lima dan Uli Siwa tersebut terjadi persaingan. Wilayah Persekutuan Uli Lima dan Uli Siwa
Sultan Hairun (Kerajaan Ternate) Sultan Hairun adalah Raja Ternate yang berkuasa sejak tahun 1559 M. Sultan Hairun sangat tidak setuju dengan kedatangan bangsa Portugis, apalagi dengan keberadaan militer Portugis dan membangun benteng Sao Paolo di Ternate. Mereka diyakini mempunyai niat yang tidak baik terhadap Kerajaan Ternate. Sultan Hairun meninggal pada tahun 1570 M karena terbunuh. Dalam catatan sejarah, yang dicurigai sebagai dalang pembunuhan adalah para pejabat Portugis.üRaja-Raja yang MemerintahB. Sultan Baabullah (Kerajaan Ternate) Kekuasaan Sultan Hairun digantikan oleh Sultan Baabullah. Pada masa kekuasaannya, Sultan Baabullah berhasil menyingkirkan bangsa Portugis dan meninggalkan bentengnya di Ternate. Mereka pergi ke Selatan kemudian pada tahun1578 M, Portugis berhasil menundukkan Timor. Bangsa Portugis menduduki Timor sampai pada tahun1976 M. Selain keberhasilannya mengusir penjajah Portugis, Sultan Baabullah juga membawa kerajaan Ternate memperluas daerah kekuasaan sampai ke Maluku, Sulawesi, Papua, Mindanao dan Bima. Karena prestasinya yang gemilang tersebut, Sultan Baabullah menyandang julukan Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau.ü Sultan Nuku dan Zainal Abidin (Kerajaan Tidore) Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidüore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang
Sultan Saifuddin (Kerajaan Tidore)üTidore menjadi salah satu kerajaan paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.
Kedua, pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai diperkenalkan di tanah Papua di Jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz Al-Gathan dengan gelar “Syekh Jubah Biru” dari Negeri Arab. Pengislaman ini diperkirakan terjadi pada abad pertengahan abad ke-16, dengan bukti adanya Masjid Tunas Gain yang berumur sekitar 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Hawetan Attamini yang telah lama menetap di Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk setempat jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh , namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk
Masjid Patimburak di Fakfak, Papua Barat, menandai hadirnya Islam di tanah Papua sejak tahun 1700 lampau. Masjid Patimburak di Fakfak . Keempat, pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan Sultan Mohammad Al-Bakir, kesultanan Bacan merencanakan syiar Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Filiphina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521. Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaanya hinnga ke Semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim, para pemuka masyarakat di pulau- pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun pesisisr menganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih tetap menganut
Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku utara (Ternate-Tidore). Sumber sejarah kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443 Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat, kemudian Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi (Kapita Gurabesi). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan puteri Sultan Ibnu Mansurbernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat Kerajaan di kepulauan Raja Ampat tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Misool atau Sailolof, Batanta dan Waigeo.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa proses Islamisasi tanah Papua, terutama di daerah pesisir barat pada pertengahan abad ke-15, dipengaruhi oleh Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku (Bacan, Ternate dan Tidore). Hal ini didukung karena faktor letaknya yang strategis, yang merupakan jalur perdagangan rempah-rempah (silk road) di dunia.
B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Papua Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah Kerajaan-kerajaan Islam di Papua, yakni: 1. Kerajaan Waigeo 2. Kerajaan Misool 3. Kerajaan Salawati 4. Kerajaan Sailolof 5. Kerajaan Fatagar 6. Kerajaan Rumbati, terdiri dari :Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertuar) 7. Kerajaan Kowiai (Namatota) 8. Kerajaan Aiduma 9. Kerajaan Kaimana.
Kehadiran Islam ke daerah Nusa Tenggara antara lain daerah Lombok diperkirakan sejak abad ke-16 yang diperkenalkan sunan Perapen, Putera sunan Giri. Islam masuk ke Sumbawa kemungkinan datang lewat Sulawesi, melalui dakwah dari para Mubaligh dari Makassar antara 1540-1550. Kemudian berkembang pula Kerajaan Islam salah satunya adalah Kerajaan Selaparang di Lombok. Kedatangan Islam di Nusa Tenggara Kerajaan Islam di Nusa Tenggara A . Aspek-Aspek Kehidupan Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok di bawah pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itulah Selaparang mengalami masa keemasan dan memegang hagemoni di seluruh Lombok. Dari Lombok Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan, dan tempat-tempat lainnya. Konon sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari Lombok menuju Sumbawa. Hubungan dengan beberapa negeri dikembangkan terutama dengan Demak.
Makam Selaparang berada di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, di Kecamatan Swela ± 65 Km dari kota Mataram. Ada 3 makam yang banyak dikunjungi di kompleks Makam Selaparang yakni makam Raja Selaparang, makam orang tua Raja Selaparang dan makam panglima Gajah Mada. Jejak-jejak keislaman di makam ini adalah di nisan salah satu makam bertuliskan huruf Arab dan huruf yang merupakan peralihan huruf Jawa kuno ke huruf Bali yang terdiri atas lima baris dan terpahat dalam bentuk relief timbul yang berbunyi “La ilaha ilallah, Wa Muhammadun Radul, ulla, Makam Selaparang
Kerajaan-kerajaan di Sumba Barat dapat dimasukkan pada kekuasaan Kerajaan Gowa pada 1618. Bima ditaklukkan pada 1633 dan kemudian Selaparang pada 1640. Pada abad-17 seluruh Kerajaan Lombok berada di bawah pengaruh Kerajaan Gowa. Hubungan antara Kerajaan Lombok dan Gowa dipererat dengan cara perkawinan seperti pemban Selaparang, Pemban Pajenggik, dan Pemban Parwa. Kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC setelah terjadinya perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Oleh karena itu pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada 1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulautan Kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Sumbawa dipandang lebih strategis daripada pusat pemerintahan di Selaparang mengingat ancaman dan serangan terhadap VOC terus-menerus terjadi.
Comentarios