top of page
liufetoonys

PERTEMUAN 4 KERAJAAN ISLAM DI JAWA

Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang cukup kokoh, kuat dan tangguh, bahkan sampai saat ini hasil peradabannya masih dapat disaksikan. Misalnya, candi Borobudur yang merupakan peninggalan Budha Mahayana dan candi Roro Jonggrang di desa Prambanan. Demikian juga halnya dari segi literatur, seperti buku Pararaton dan Negara Kertagama. Wajarlah jika Vlekke menyebut kerajaan-kerajaan pra-Islam, khususnya Singosari dan Majapahit, sebagai Empire Builders of Java.

Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit semakin merosot pengaruhnya di Masyarakat, terjadilah pergeseran di bidang politik. Menurut Sartono Kartodirjo, islamisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi cepat, terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama Islam di Jawa. Di samping kewibawaan rohaniah, para wali juga berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada yang memegang pemerintahan. Otoritas kharismatis mereka merupakan ancaman bagi raja-raja Hindu di pedalaman.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dilakukan oleh para wali dalam mengembangkan politiknya.

1. Seorang wali tidak mengembangkan wilayah dan tetap menjalankan pengaruh secara luas, umpamanya Sunan Giri.

2. Seorang wali tidak mengembangkan pengaruh politik, dan selanjutnya kekuasaan politik ada di tangan raja, umpamanya di Demak dan Kudus.

3. Seorang wali mengembangkan wilayah dan melembagakannya sebagai kerajaan, tanpa mengurangi kekuasaan religius, umpamanya Sunan Gunung Jati.

Pengembangan politik para wali yang semula berkedudukan di pantai-pantai, ternyata tidak dipertahankan oleh penerusnya. Akhirnya, pusat aktivitas politiknya pindah ke pedalaman yang semula kuat ke-Hinduannya bahkan sampai ke Madura dan kota-kota lain di Nusantara.

A.Kerajaan Demak (1500-1550)


Pada waktu Sunan Ampel (Raden Rahmat) wafat, maka para wali songo berkumpul di Ampel Denta, Surabaya, mereka sepakat untuk mendirikan sebuah pusat pemerintahan yang mengatur urusan-urusan umat Islam, juga sepakat untuk mendirikan masjid di Bintaro.

Raden Patah adalah anak Raja Prabu Brawijaya V (Raja Majapahit). Beliau mempunyai saudara laki-laki, Raden Damar yang menjadi penguasa Majapahit di Palembang. Kepada beliau inilah Prabu Brawijaya menitipkan ibu Raden Patah yang sedang hamil, ia adalah seorang selir Prabu Brawijaya, maka lahirlah putra yang diberi nama Raden Joyowiseno. Setelah besar, dia ke Jawa dan belajar kepada Sunan Ampel. Dan Sunan Ampellah yang memberi nama Abdul Fatah artinya pembuka pintu gerbang kemenangan.

Raden Patah (Pangeran Jimbun) kemudian dikawinkan dengan cucu raden Rahmat. Setelah beberapa lama berguru kepada Raden Rahmat, diutuslah beliau ke Bintaro. Di sana beliau hidup bersama isterinya mengepalai satu masyarakat kecil kaum Islam. Keberangkatannya ke Bintaro adalah hasil kesepakatan para wali, hendak membuat Bintaro sebagai pusat kegiatan umat Islam. Akhirnya atas usul para wali Raden Patah diangkat menjadi adipati Bintaro (Demak) pada tahun 1462 M. Dan atas perintah Sunan Ampel, Raden Patah ditugaskan mengajar agama Islam serta membuka pesantren di desa Glagat Wangi (Demak).

Lama-kelamaan Demak semakin penting karena menjadi pusat penyiaran agama Islam tempat masjid Agung yang didirikan oleh Raden Patah bersama para wali. Dijadikan pesantren tempat mendidik dan mengajar kader-kader Islam dan menjadi pusat kegiatan dalam lapangan politik bagi umat Islam. Sekarang masjid tersebut masih berdiri dengan megahnya. Inilah masjid yang paling suci di mata orang Islam di Jawa. Tiap tahun banyak orang pergi ziarah untuk mengenang dan menghormati pejuang-pejuang Islam yang telah menumbangkan agama Hindu.

Akhirnya Raden Patah secara terang-terangan memutuskan segala ikatannya dengan Majapahit, di tengah suasana interen kerajaan terjadi konflik yang sedang dirobek oleh komplotan golongan petualang dalam istana. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islam, seperti Jepara, Tuban ,dan Gresik, akhirnya dapat merobohkan Kerajaan Majapahit. Kemudian, beliau memindahkan semua alat upacara kerajaan dan pusaka-pusaka Majapahit ke Demak. Dengan demikian, para wali di Surabaya menetapkan atau mengangkat Raden Patah sebagai sultan pertama Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada tahun 1478 Demak diproklamirkan menjadi Kerajaan Islam pertama di Jawa dengan beliau sebagai sultan pertamanya. Kerajaan ini bertahan sampai tahun 1546 setelah terjadi perebutan kekuasaan antara Arya Panangsang dengan Adiwijoyo. Sunan Kudus ulama yang besar rupanya memihak kepada Arya Panangsang karena memang dia yang berhak melanjutkan kesultanan. Akan tetapi Arya Panangsang dibunuh oleh Adiwijoyo (Joko Tingkir). Dengan tindakan ini berakhirlah Kerajaan Demak dan Joko Tingkir memindahkannya ke Pajang.


B. Kerajaan Pajang


Secara resmi Keraton Demak dipindahkan ke pajang pada tahun 1568 sebagai tanda berdirinya Kerajaan Pajang. Joko Tingkir atau Sultan Adiwijoyo menjadi raja pertama Kerajaan Pajang (dekat Solo sekarang). Kedudukannya disyahkan oleh Sunan Giri dan segera mendapat pengukuhan dari adipati-adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sultan Adiwijoyo mengangkat pula Arya Pengiri anak Sunan Prawoto (cucu Trenggono) menjadi adipati di Demak, kemudian dikawinkannya dengan putrinya.

Peralihan kekuasaan politik dari keturunan Sultan Demak kepada Sultan Pajang Adiwijoyo diikuti oleh perubahan pusat pemerintahan dari pinggir laut yang bersifat maritim, ke pedalaman yang bersifat pertanian (agraris).

Selama pemerintahan Joko Tingkir, kesusastraan dan kesenian keraton yang sudah maju peradabannya di Demak dan Jepara, lambat laun dikenal di pedalaman Jawa Tengah. Kesusastraan berkembang dengan pesat dan seorang pujangga terkenala adalah Pangeran Karang Gayam.

Kyai Gede Pamanahan adalah pengikut Joko Tingkir yang paling banyak jasanya dalam pembunuhan Arya Panangsang. Atas jasanya itulah dihadiahkan daerah Mataram sekitar kota Gede Yogyakarta sekarang. Dalam waktu singkat kota ini menjadi sangat maju. Ia meninggal 1575 M. Anaknya Sutowijoyo menggantikannya dan melanjutkan usaha ayahnya membangun kota tersebut. Ia orang yang gagah berani, mahir dalam peperangan oleh karena itu, ia terkenal dengan nama Senopati Ing Alaga (Panglima Perang).

Ketika Joko Tingkir wafat, ia digantikan oleh Arya Pengiri, namun banyak masyarakat yang tidak menyukainya. Kesempatan itu dipergunakan oleh Pangeran Benawa putra Joko Tingkir untuk merebut kembali kekuasaannya. Ia minta bantuan kepada Senopati Mataram yang dianggapnya sebagai kakak yang memang juga menginginkan lenyapnya Kerajaan Pajang.

Terjadilah perang antara Pajang dan Mataram. Sultannya menyerah, sedangkan Pangeran Benawa mengakui kekuasaan Senopati Sutowijoyo. Segala alat kebesaran Majapahit dalam istana Pajang dibawa ke Mataram. Maka daerah Pajang dapat dipersatukan dengan Mataram dan mulailah riwayat Mataram pada tahun 1586 M.

59 views0 comments

Recent Posts

See All

PERTEMUAN KE 9 KELAS X

https://youtu.be/-UCcrUFijcY TUGAS: Setelah menonton vidio tersebut buatlah sebuah rangkuman pada buku catatan masing-masing. setelah...

PERTEMUAN 8 KELAS X

Jenis Pola Hunian Sejarah Kehidupan Manusia Purba Masa Praaksara Drama tari tentang kehidupan manusia purba di kawasan Gunung Helan,...

PERTEMUAN 7 KELAS X

https://youtu.be/k7tnPggWu7Y?t=49 TUGAS MENONTON VIDIO TERSEBUT BUATLAH SEBUAH RINGKASAN CATATAN PADA BUKU MASING-MASING BUATLAH 5...

Comments


bottom of page