Sebagai warga Blitar, penulis mengangkat suatu peristiwa lokal Blitar yang berskala Nasional salah satunya adalah Pemberontakan PETA Blitar 1945. Pemilihan topik ini didasari kepedulian penulis terhadap mantan tentara PETA Blitar yang memiliki peran dalam kemerdekaan bangsa Indonesia dimana pemberontakan PETA Blitar ini memiliki nilai-nilai heroisme yang tinggi sehingga mampu menginspirasi daerah-daerah lain seperti Cilacap, Jawa Barat bahkan Aceh untuk memberontak terhadap pemerintahan Jepang. Penulis mengungkapkan bahwa dalam masa pendudukannya di Indonesia yang relative singkat, Jepang ternyata mampu membuat perubahan yang drastis dalam kehidupan rakyat Indonesia terutama dalam bidang ekonomi. Pada penelitian ini penulis mengkaitkan antara kondisi ekonomi di kota Blitar pada masa pendudukan Jepang dengan meletusnya pemberontakan PETA Blitar 1945. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi perekonomian kota Blitar pada masa pendudukan Jepang ?, (2) Bagaimana Kebijakan ekonomi Pemerintah Pendudukan Jepang di Blitar?, (3) Bagaimanakah kebijakan ekonomi Pemerintah Pendudukan Jepang di Kota Blitar 1942-1945 sehingga terjadinya pemberontakan PETA Blitar 1945?. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan kondisi perekonomian kota Blitar pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942 � 1945, (2) Untuk mendeskripsikan kebijakan pemerintah pendudukan Jepang bidang ekonomi di Blitar pada masa pendudukan Jepang 1942 � 1945, (3) Untuk menganalisis kebijakan ekonomi pemerintah pendudukan Jepang di Kota Blitar pada tahun 1942 � 1945 sehingga terjadinya pemberontakan PETA Blitar. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan sejarah sosial-ekonomi. Mulai dari pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi hingga historiografi. Pemilihan topik menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan emosional dan intelektual. Heuristik adalah pengumpulan sumber sejarah yang terdiri dari sumber primer, sekunder dan tersier. Kritik bertujuan untuk mencari kebenaran dengan cara mengecek keabsahan data yang telah diperoleh. Dalam metode sejarah, kritik (verifikasi) sumber dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kritik internal dan eksternal. Interpretasi atau penafsiran ada dua cara yaitu nalisis dan sintesis. Hasil interpretasi kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang disusun secara kronologis. Hal ini biasa disebut dengan istilah historiografi yang merupakan tahap akhir dari peneletian sejarah. Hasil penelitian ini adalah
(1) Pada masa Pendudukan Jepang, kota Blitar merupakan salah satu sumber persediaan bahan makanan yang penting bagi Jepang. Blitar merupakan wilayah yang memiliki beragam faktor produksi seperti lahan pertanian dan juga perkebunan. Perkebunan dikuasai oleh Jepang, sementara itu kayu-kayu yang berasal dari perkebunan digunakan untuk membangun kubu pertanahan bagi Jepang. Secara umum kondisi perekonomian Blitar pada tahun 1942-1945 menjadi lebih buruk apabila dibandingkan dengan masa Hindia Belanda.
(2) Jepang menerapkan sistem ekonomi autarki dimana semua kegiatan perekonomian ditujukan untuk kebutuhan perang. Segala sumber-sumber ekonomi dikerahkan untuk tujuan perang. Diantaranya adalah pengumpulan beras kepada Kumiai, penebangan kayu-kayu untuk digunakan sebagai kubu-kubu pertahanan, pengerahan tenaga kerja secara besar-besaran sebagai romusha untuk membangun kubu-kubu pertahanan di pantai selatan Blitar. Hal-hal tersebut menyebabakan kondisi masyarakat Blitar semakin memprihatinkan.
(3) Berbagai kebijakan yang telah diterapkan Jepang di Blitar membawa dampak yang amat buruk bagi masyarakat Blitar. Jumlah penduduk menurun drastis karena meningkatnya jumlah kematian karena pengerahan romusha secara besar-besaran, kelaparan, kemiskinan, dan kesehatan serta gizi yang sangat buruk turut menggerakkan para parjurit PETA yang dipimpin oleh Supriyadi untuk memberontak. Pemberontakan tersebut dikarenakan para prajurit PETA menyaksikan sendiri bagaimana rakyatnya menderita dan ditambah dengan perlakuan buruk dari para tentara Jepang. Pada 14 Februari 1945 meletuslah pemberontakan PETA Blitar. Pemberontakan tersebut merupakan pemberontakan pertama yang menggoyahkan pemerintah Pendudukan Jepang walaupun pemberontakan tersebut dinyatakan gagal. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai masa pendudukan Jepang di Indonesia atau lebih luas kaitanya dengan penelitian tentang kebijakan ekonomi yang diterapkan Jepang pada masa kependudukannya di Indonesia. Masyarakat Kota Blitar diharapkan lebih peka dan memiliki kebanggaan terhadap apa yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu bangsa Indonesia yang ada di Blitar, karena diharapkan rasa kebanggaan terhadap perjuangan para pendahulu bangsa tersebut nantinya akan berdampak pada semakin kuatnya rasa cinta tanah air dalam masyarakat Indonesia pada umumnya dan Blitar pada khususnya. Pemerintah juga diharapkan lebih memberikan perhatian kepada para mantan pejuang PETA atau pejuang perang kemerdekaan dalam bidang kesejahteraan
Comments